Read Time:48 Second
Fenomena cancel culture semakin marak di era media sosial. Selebriti, politisi, hingga perusahaan bisa “dibatalkan” hanya dengan satu kampanye online. Pertanyaannya: apakah cancel culture adalah bentuk demokrasi digital, atau justru anarki sosial yang merusak kebebasan berekspresi?
Mengapa Cancel Culture Muncul?
- Kekuatan Media Sosial – Opini publik bisa menyebar cepat dan viral.
- Kesadaran Sosial – Netizen ingin menegakkan moralitas dan keadilan.
- Kekecewaan Publik – Kesalahan figur publik langsung disorot jutaan mata.
- Kurangnya Regulasi – Dunia digital belum punya aturan tegas.
Dampak Positif Cancel Culture
- Akuntabilitas Publik – Figur terkenal lebih hati-hati dalam bertindak.
- Kesadaran Sosial – Isu diskriminasi dan ketidakadilan lebih cepat terangkat.
- Kekuatan Masyarakat – Rakyat bisa “mengontrol” elite lewat dunia maya.
Dampak Negatif Cancel Culture
- Penghakiman Massal – Netizen bisa salah menilai tanpa bukti kuat.
- Kebebasan Berekspresi Terbatas – Orang takut berbicara berbeda.
- Ketidakadilan Sosial – Seringkali yang dihukum hanya pihak tertentu.
Penutup:
Cancel culture adalah fenomena digital yang harus diwaspadai. Ia bisa jadi alat kontrol sosial, tetapi juga bisa berubah menjadi anarki jika tidak diatur dengan bijak.